Nikmat Tuhan Mana Lagi Yang Kamu Dustakan?

Oleh: Inayatullah Hasyim

 

Lupakan siapa penulisnya, kita ambil pelajarnya.

Hidup ini kejam, kata politikus. Sehingga, banyak politikus saling gugat di pengadilan. Hidup ini pahit, kata pedagang sayur. Pahitnya melebihi buah pare. Itulah kenyataan yang sering kita hadapi dalam keseharian . pedagang yang cerdas melihat keruwetan jadi peluang. Ia melihat setiap kerugian sebagai titik awal mencapai keuntungan. Sementara, pedagang yang malas hanya menanti hari mujur, padahal tiap hari adalah hari mujur.

Sering kali kita saat menerima musibah, menjadikanya titik awal untuk mendapat musibah kedua yang kita ciptakan sendiri. Bukankah Ibnu Batutah, petualang islam abad pertengahan, terdampar di sebuah pulau akibat perahunya karam. Ia tak pesimistis, tetapi sebaliknya, Ibnu Batutah berhasil menjadikan pulau itu sebuah Negara. Itulah Maladewa, Negara sejuta cinta.

Kita sering pesimistis ketika melihat sesuatu telah terlanjur terjadi. Padahal, tak ada sesuatu yang terjadi kecuali atas kehendaknya. Karena itu, jika rezeki yang kita dapat hari ini hanya sekantong jeruk yang kecut, jangan dibuang. Peras dan tambahkanlah gula, lalu campur dengan es batu dan hidingkan saat panas menyengat. Jeruk asam itu menjadi sangat nikmat.

“Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman:13) maka, nikmatilah ketentuan Allah atas kita untuk kita optimalkan sesuai kemampuan yang kita miliki. Dengan itu, kita akan menjadi pribadi yang sempurna.

Tabiat dunia itu penuh  jebakan dan kepuasan yang kita dapatkan darinya tak lebih dari sesaat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah dunia itu terlaknat, terlaknat pula jika (mengejarnya) kecuali dengan berdzikir kepada Allah SWT.” Jika semua usaha menggapai kebaikan sudah kita lakukan, tapi kok masih saja ada yang mengganjal, bergegaslah ambil air wudhu dan dirikanlah shalat.

Rasulullah SAW acap meminta Bilal dengan berkata, “segarkan kami wahai Bilal (dengan kau kumandangkan) shalat.” Shalat adlaah ibadah yang sangat eksotis. Kita bersimpuh di hadapan pemilik semua sandiwara kehidupan dunia ini dengan meletakkan kening itu di atas sajadah. Tanah yang padanya kita letakkan kening itu telah membuat seluruh persoalan dunia yang kita hadapi seakan ikut ditelan bumi. Bagi seorang mukmin, shalat menjadi kekuatan energinya dalam bermi’raj kepada Allah SWT. Waallahu A’lam…

 

Republika, Friday 13 May 2016.

Untukmu

Senin, 10 Mei 2016

Untukmu yang hatinya terpaut oleh kebesaran Allah.SWT.

“Kau memang yang selalu spesial”, bukan berarti aku mengagumimu.

‘kekaguman’ adalah sebuah cabang titik dari sekian juta titik puzzel yang ada, yang akan bermuara kepada satu bidang fokus utama, apakah kau tahu kemana titik-titik itu bermuara?

mereka akan bermuara kepada satu bidang fokus yaitu Keagungan Allah, SWT.

“Kau memang yang selalu spesial”, adalah gambaran kekagumanku padanya, juga rasa syukurku, rasa percayaku tentang Allah yang maha segalanya.

Allah yang mengatur tingkat ‘spesial’ kehidupan seseorang, semakin spesial kehidupanya, semakin spesial pula hubungan dia dengan sang maha esa. Subhanallah…

kadang aku berfikir….

kenapa kita mencintai seseorang?

karena Hartanya, kindahanya, kepintaranya, kekuatanya, hatinya, atau apapun itu….

apa karena semua itu?

kemudian aku berfikir…..

Allah lebih kaya dari siapapun, Dia lebih indah dari segalanya, Dia yang MAHA memiliki dan menguasai……

tapi kenapa kita tak pernah mencintainya?

–Ampunilah hambamu ini ya Allah—

……………..BECAUSE ALLAH

Aku akan datang kepadamu, meyakinkanmu, bersama keluargaku. Disaat yang tepat, dan waktu yang tepat,  dengan orang yang tepat.  Percayalah..

 

Menggare, Slahung-Ponorogo

Nun-Demi Pena Dan Apa Yang Mereka Tuliskan

Kami Merindukanmu Ayah

Nasehatmu adalah satu hal yang kami ridukan….

  1. Pondok alumni atau pondok cabang didirikan sebagai salah satu cita-cita pendiri pondok untuk mendirikan seribu pondok Gontor, akan tetapi pad perkembangannya ternyata pondok alumni tidak bisa mengikuti alur atau system yang telah di tetapkan oleh pondok Gontor. Atau tidak sesuai dengan harapan TRIMURTI. Dengan pengalaman seperti itulah maka pondok Gontor mendirikan pondok cabang yang langsung dalam naungan Gontor pusat, baik dari segi manajemen, nilai dan system, juga dengan administrasinya. Dengan demikian maka fungsi dari pondok cabang adalah sebagai tempat untuk melatih kader sebagai pemimpin, tempat untuk lapangan perjuangan kader-kader pondok, dan juga pondok cabang harus sebagai makmum kepada Gontor pusat dalam segi visi,misi,nilai,dan system.
  2. Sebuah tujuan bersama akan bisa di wujudkan apabila ada satu kesamaan idealisme. Dan persamaan ini tidak akan bisa terjadi begitu saja tanpa adanya persamaan persepsi. Karena Gontor adalah sebuah lembaga pendidikan yang besar dan melibatkan banyak personil di dalamnya, apa jadinya apabila dari sekian banyak personil ini mereka berjalan sendiri-sendiri tanpa ada persamaan persepsi. Maka yang akan terjadi adalah sebuah kehancuran. Persamaan persepsi sangat di perlukan agar para personil yanga terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan bisa bersama-sama berjibaku mencapai tujuan idealisme Gontor. Karena untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan yang sedemikian besar, tidak hanya memerlukan orana-orang yang mau bekerja keras, akan tetapi perlu pemahaman tentang visi dan misi pondok berserta nilai dan sistemnya. Agar menjadi orang-orang yang punya idealisme dan agar kelangsungan kehidupan Gontor bisa terus eksis.
  3. Kaderisasi dalam sebuah pondok pesantren itu sangat penting, karena bagaimanapun juga keberlangsungan pondok pesantren itu di tentukan oleh system kaderisasi yang baik. Maka dari sinilah perlu adanya penyiapan kader atau kaderisasi. Dalam mambentuk seseotang menjadi kader tidak cukup dilihat dari kerjanya saja, tapi lebih dari itu harus juga dilihat prestasinya, dedikasinya, dan loyalitasnya kepada pimpinan, di tambah lagi dengan kepribadian yang tanpa cacat. Dalam lingkungan pondok Gontor ada tiga macam loyalitas; loyalitas kepada pimpinan, loyalitas kepada system, dan loyalitas kepada nilai.
  4. Di Gontor bukan sekedar mengatur bidang akademis atau bidang pengajaran saja tetapi lebih dari itu, harus mampu mengatur totalitas kehidupan pondok secara menyeluruh. Mengajar dan mendidik kepada santri masalah hidup dan kehidupan juga selalu mencurahkan pemikirannya untuk kemaslahatan pondok. Maka kita tidak boleh terjebak pada satu hal yang menjadikan kita tidak bisa berbuat. Kita ini manusia yang masing masing mempunyai kekurangan-kekurangan. Dan apakah dengan kekurangan yang kita miliki ini, kita tidak mau berbuat, bekerja, dan berfikir…? Sebagai kader kita tidak boleh hanya diam saja, terbelenggu dan terjebak dengan kekurang yang kita miliki. Justru sebaliknya, dengan kekurang yang kita miliki, kita harus lebih banyak berbuat, dan meningkatkan diri niat untuk ibadah dan hanya ditujukan kepada Allah.
  5. Kita sebagai kader yang ada di pondok cabang di beri amanat oleh bapak pimpinan untuk menjalankan tugas sekaligus untuk melatih diri. Maka hendaknya kita selalu berkonsultasi dengan pimpinan pondok agar tidak salah arah dan salah jalan karena hal ini sangat membahayakan. Karena dalam hal ini kita tidak mencari kedudukan, maka harus bisa noto ati atau ngempet. Jangan merasa di beri kepercayaan kemudian bertindak atau bertindak seenaknya sendiri tanpa berkonsultasi. Kuatnya kita yang di cabang ini, karena adanya wibawa Gontor yang menyertainya.
  6. Istri kader juga di beri tanggungjawab untuk bisa membantu suami semaksimal mungkin. Tahu masalah pondok tanpa harus ikut mengatur dan mengambil kebijakan, maka istri harus pintar jaga hati. Banyak mengalah pada suami, jangan sampai mengganggu keikhlasan karena pekerjaan suami adalah sebuah perjuangan tanpa henti yang membutuhkan dukungan total dari istri. Istri juga harus mempersiapkan anak untuk menjadi kader penerus Gontor di masa depan.
  7. Sebagai kader harus siap segalanya, ikhlas dalam bekerja, dan apa adanya. Hidup harus bisa tirakat, ada maqomnya masing-masing. Jangan menjadi orang yang belum berbuat maksimal tapi sudah pingin macam-macam.
  8. Kader pondok harus tetap bisa menjaga ibadahnyanya. Banyak puasa, sholat tahajjud, dan dzikir serta amalan sunah lainnya.

 

Ayah Kami,  KH.DR.ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI, MA..

KH-Abdullah-Syukri-Zarkasyi-MA-2014

File Tersembunyi, Dikutip dari;

Muhammad Hanif Hafidz

Gontor 6 Magelang

WAHAI DIRIKU

 

ust Hasan

-KH. Hasan Abdullah Sahal

 

Wahai diriku…..

Hidup ini panjang, umur itu pendek, nyawa itu mahal, nasib baik ajang perebutan, hati orang hidup hanya satu. Perjuangan merancang menjalankan dan memperoleh fadhilah ketinggian hak milik semua makhluq ciptaan SANG KHOLIQ SWT MUTLAQ.

 

Wahai diriku….

ISLAM TAK KENAL untung-rugi untuk amal sholeh tapi halal-haram dan benar-salah menurut syari`at SANG RABB SWT MUTLAQ. Modal palsu tidak laku, manusia palsu, doktrin palsu jangan dipaksa, dihias, direkayasa agar laku. Menyesal dan menyesalkan, sesat dan menyesatkan.

 

Wahai diriku….

Tulisan SANG MAHA PENGATUR SWT MUTLAQ lebih baik, jangan memaksakan “baik” mu sendiri kepada-NYA. Jangan layani serius diskusi-diskusi tentang yang kau yakini, nanti dia manja.

 

Wahai diriku….

Nilai-Nilai Kemanusiaan mengambang diciptakan oleh kaum yang tak “bermas`uliyyah fithriyyah”, WASPADALAH!

Bergaulah dengan kesabaran atas kekejaman miliu, jangan menghindar dan tak sabar atas resikonya.

 

Wahai diriku….

Menjadi baik jangan menunggu mengajak atau diajak, pahala terbuka untuk semua di setiap waktu dan tempat. Jadilah kau yang terbaik, berbuat terbaik dan akhirnya mendapatkan hasil yang terbaik.

 

Wahai diriku….

Syari`ah harus bahkan wajib diterapkan. Umat, pemeluknya sepakat, kecuali lemah iman karena IBLIS-IBLIS keduniaan…

Proses dan keberhasilannya harus syar`iy tidak ngawur atau gampang-gampangan.

 

Wahai diriku….

Sunnatullah tetap valid sepanjang zaman tidak pula ada benturan antara unsur-unsur alam dan alamiah. Kerajaan Allah pasti berdiri dengan hukum-hukum-NYa. Sikap Pro-Kontra manusia tidak jadi pertimbangan, apalagi HANYA bersandar, berasas mayoritas-minoritas suara pendapat.

 

Wahai diriku….

Hama pengganggu pendidikan totalitas dan totalitas pendidikan (keguruan, pengembangan, pengabdian) harus dihindari, waspadai wereng-wereng keikhlasan: berfikiran sektoral, tradisional, kultural, feodal/kasta terselubung, nafsu maslahat individual, kecongkakan intelektual, titel, berguru baru (meguru anyar). Perhatian penuh, semangat tinggi karena kepentingan, kalau tidak, mlengos.

 

 

Gontor, Ramadhan 10, ’26

 

Kisah 12 Mata Air Nabi Musa A.S

Assalamualaikum bujang, kalian pernah mendengar kisah-kisah  Nabi Musa A.S?, tentu….siapa yang tak kenal Nabi Musa !?, dia adalah nabi yang diberikan karunia mu’jizat oleh Allah S.W.T dengan salahsatunya membelah lautan, nabi yang melawan kekejaman Fir’aun, dan nabi yang selalu membawa tongkat ajaibnya……hehe

Kisah Nabi Musa A.S  diabadikan dalam Al-Qur’an, nama beliau sendiri disebutkan sebanyak 136 kali, wow…..*bayangkan jika nama kau disebutkan sebanyak itu…kereeen,.,hehe

kesempatan kali ini, saya mau berbagi pengetahuan kepada para bujang semua tentang kisah nyata yang benar-benar terjadi, yang dialami oleh Nabi Musa A.S…….

Let’s begin..
……..

Oasis merupakan sumber mata air yang ditemukan di daerah gurun pasir yang gersang, tandus dan kering. Di tengah lautan gurun pasir memang tidak banyak sumber air, jadi oasis ini sangat berarti bagi mereka yang tinggal di gurun. Untuk makanan mereka, Allah SWT menurunkan Manna yaitu sejenis makanan yang sangat manis dan Salwa sejenis burung untuk santapan mereka.

Kisahnya

Dalam sejarah Islam mengakui bahwa Nabi Musa A.S pernah membuat oasis di Gurun Sinai yang kering dengan cara memukulkan tongkatnya ke sebuah batu.

Kisah tersebut menjadi penyebab turunnya Surat Al Baqarah ayat 60, Allah SWT berfirman;

 

وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ

Artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”

(QS. Al Baqarah : 60).

 

Rasa Haus dan Lapar

Dikisahkan bahwa setelah terlepas dari kejaran Fir’aun dan pengikutnya yang tertelan lautan merah, Nabi Musa A.S bersama pengikut setianya melanjutkan perjalanan hingga sampailah mereka di Gurun Sinai yang cukup teduh dan nyaman untuk beristirahat. Di gurun itu banyak pepohonan yang tumbuh tinggi dan rindang sehingga dapat terlindung dari sengatan matahari yang cukup terik.

Selain itu, buah-buahan pun tumbuh dengan subur dilengkapi mata air yang mengalir di tengah-tengahnya. Para kafilah yang sedang berada dalam perjalanan jauh sering beristirahat di sana untuk melepaskan lelah, rasa lapar dan dahaga.

Ketika rombongan Nabi Musa A.S tiba di sana, ternyata sumber mata air itu sudah kering. Adanya rasa haus karena telah menempuh perjalanan panjang terasa mencekik leher. Belum lagi sinar matahari yang begitu terik membuat mereka tak kuasa melanjutkan perjalanan, tak kuat lagi menahan rasa dahaga.

Tubuh mereka begitu lelah dan merasa tak sanggup lagi untuk meneruskan perjalanan.

Pengikut Nabi Musa as berkata,

“Wahai Nabiyullah, sesungguhnya kami teramat haus dan lapar. Kami tak sanggup lagi meneruskan perjalanan ini.”

Nabi Musa A.S  begitu iba melihat kondisi pengikutnya yang letih karena kehausan dan kelaparan. Beliau pun berdoa kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk dimana mendapatkan air dan makanan agar bisa mengembalikan kondisi pengikutnya menjadi sehat dan bugar kembali.

 

Memukul Batu

Kemudian Nabi Musa A.S menengadahkan tangannya ke atas, lalu berdoa kepada Allah SWT. Mendengar doanya, Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 60 seperti di atas. Dalam ayat tersebut Nabi Musa as diperintahkan untuk memukul sebuah batu besar dengan tongkatnya.

Setelah mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, Nabi Musa A.S menatap tongkatnya dengan perasaan bahagia. Tanpa ada keraguan sedikitpun, dipukullah sebuah batu besar dengan tongkat yang dipegangnya.

 

Subhanallah…

Sungguh suatu mukjizat yang sangat mencengangkan bagi Nabi Musa A.S dan pengikutnya. Mereka melihat batu besar yang baru saja dipukul memancarkan 12 belas mata air yang mengalir jernih dan sejuk. Mereka segera berebut meminum air tersebut. Rasa dingin dan segar segera mengalir ke dalam tubuh mereka.

 

Tenggorokan kering dan dahaga yang sudah menyiksa mereka pun hilang sat itu juga.

Nabi Musa as berkata,

“Berimanlah kepada Allah SWT karena semua ini atas kehendak-Nya.”

 

Allah SWT ternyata memiliki maksud lain dibalik pancaran 12 mata air tersebut. Kaum Bani Israil di kemudian hari terpecah menjadi 12 kelompok sehingga air itu mengalir terus pada masing-masing kelompok dari Bani Israil. Sungguh Allah SWT Maha Adil. Demikianlah sejarah singkat dari oasis Nabi Musa as. Semoga bermanfaat buat kau bujang….hehedesert_oasis__libya-2.jpg

Sebuah Niat

Sahabat…
Niat adalah prioritas utama bagi kita, apalagi untukku…..

Menurutku, sebuah niat adalah suatu penyemangat, penunjuk jalan yang lurus…..,suatu hal yang memisahkan, yang mengikat, dan yang mengungkapkan.

Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh dua imam hadits terkenal; Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi, menyebutkan;

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  HANYA akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Siapa yang berhijrah karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang berhijrah karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

Sahabat, aku tak pernah menganggap remeh sebuah niat. Dia bisa membedakan mana ibadah, dan mana rutinitas, dapat pula merubah dari yang asalnya ibadah menjadi rutinitas….

Kau tahu…

Dalam kehidupan ini, banyak yang mengalami cobaan, entah itu ringan atau berat, mudah atau susah, senang atau sedih, bahagia atau sengsara……. yakinlah, semuanya akan merasakan hal yang sama. Hakikatnya bukan apa ujianya, tetapi bagaimana menata hati dalam menjalaninya.

Kau tahu…..

Semua dimulai dari satu hal yang diremehkan……’Niat’.

Sahabat, cobaan yang paling berat bukanlah sebuah kesedihan, dan bukan pula kesengsaraan……., tetapi kebahagiaan. Banyak mereka yang ingat disaat sedih, tapi………sedikit sekali dari mereka yang ingat disaat bahagia.

Kau tahu…..

Ini dimulai dari hal kecil……’Niat’.

Kau pernah mendengar cerita dongeng 1001 malam..!?

Entah cerita ini pernah terjadi atau tidak……, bukan sebuah masalah, yang terpenting kita bisa mengambil hikmahnya.

Dengarkan….
Dahulu kala, ketika umat Islam mulai bertambah, penduduk muslim tersebar, Madinah dan Makkah menjadi kota peradaban islam, tak pelik….penganut agama-agama lain mulai gusar, bimbang, dan takut.

Sehingga ketika Awal-awal tahun hijriah….muncullah perang-perang antar agama. Banyak dari para sahabat nabi yang gugur dalam pertempuran; diceritakan pula seorang sahabat mengabarkan kepada Rasulullah S.A.W bahwa si Fulan Yazid bin abi ka’absebut saja namanya begitu, telah gugur dalam pertempuran melawan kaum musyrikin, dia membela panji islam melawan kaum yang tidak meyakini Allah S.W.T, “Dia ahli surga ya nabi” begitu kata sahabat. Kemudian Rasulullah S.A.W menggelengkan kepala, sembari berkata “Dia bukan Ahli Surga, dia berperang untuk keluarganya, bukan untuk islam. Maka dia hanya mendapatkan apa yang dia niatkan”. Subhanallah…

sahabat, kau tahu……

 semuanya dimuali dari mana?………

yap….Dari ‘NIAT’

Aku dan Kau selalu berdoa untuk masa depan kita, keluarga kita, masa depan agama kita dan teman-teman kita disana.

Niatkan ini untuk tuhan-Mu
Aku merindukanmu Sahabat.

Aku

Assalamualaikum Wr.Wb

Sahabat….
Aku adalah seorang guru di salahsatu pondok pesantren terpencil di Negeri ini, Pesantren yang selalu memberikanku inspirasi, semangat, dan harapan. Bahkan jika kau berkunjung ketempatku; pasti kau juga akan terinspirasi. Aku menyebutnya ‘kota sejuta impian’. Aku dan teman-temanku berjuang disini, kami mendidik ribuan santri, ratusan guru, dan berpuluh-puluh pekerja. mengajarkan mereka pentingnya nilai Islam, membekali mereka dengan sejuta impian, keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah, dan kebebasan. Semboyan kami kuat; “Diatas hanya Allah, dibawah hanya tanah, lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adhiim”.

Aku berasal dari kota ‘Angling Dharma’, jauh pula dari peradaban. Terlahir sebagai anak laki satu-satunya dari tiga bersaudara. Ayahku adalah seorang penjaga hutan, dan ibuku adalah ibu rumah tangga. Meskipun kami keluarga biasa, tapi kami memiliki cita-cita yang tinggi, “Suatu saat nanti…!, di tanah ini…, akan kami hidupkan pendidikan dan pengajaran. Menolong yang lemah, dan memberantas kebodohan. Percayalah….kita bisa mewujudkan itu”.

Aku dan teman-temanku adalah anak hutan, Alam adalah dunia kami. Tumbuh-tumbuhan adalah makanan sehari-hari kami, kami mandi di sungai, bermain di ladang, memburu di hutan, saling menjaga, menyatu dalam keindahan natural alam.

Sahabat, siapa pula yang tidak bersyukur terhadap nikmat tuhanya……
Aku dan kau selalu bersyukur, bukan begitu!?
Tuhan tidak pernah menciptakan ‘kemiskinan’. Yang Dia ciptakan adalah kekayaan dan kecukupan bukan kemiskinan. Bagi kami, hidup disini adalah sebuah nikmat yang wajib untuk disyukuri. Bukan untuk disesali, walau ‘seburuk apapun kehidupan itu’.

Sahabat, aku selalu berdoa; untukmu, keluargamu, dan teman-teman kita disana…..semoga kita selalu dilindungi oleh Allah yang maha memiliki, dipertemukan di Syurganya kelak. Amin.